Friday, March 14, 2008

IBADAH HAJI DAN ETIKA BISNIS

Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang harus ditegakan oleh setiap muslim. Kedudukannya sama dengan empat rukun Islam lainnya, sehingga jika ditinggalkan maka hilang kesempurnaan keislaman seseorang. Meskipun dijelaskan bahwa rukun haji wajib dilaksanakan jika mampu, tetapi keberadaanya tetap sebagai syarat sempurnanya keislaman seorang muslim. Arti kata mampu tersebut adalah mampu untuk berusaha dan berupaya untuk menyiapkan diri agar dapat melaksanakan rukun haji tersebut. Sehingga setiap muslim wajib mempunyai azam dan niatan serta upaya keras untuk dapat melaksanakan rukun haji tersebut. Artinya setiap muslim harus mengupayakan dengan segala apa yang dimiliki untuk dapat melaksanakan ibadah haji, baik itu kemampuan harta, fisik, ruhiyah, jiwa, maupun waktu. Karena itu tidak ada alasan bagi setiap muslim untuk tidak berniat dan beraazam melaksanakan ibadah haji, untuk mewujudkan maka setiap muslim harus mengupayakan dirinya agar dapat beribadah haji sejak dini.
Kendala utama saat ini yang sering menghalangi umat Islam melaksanakan ibadah haji adalah faktor harta (biaya). Hikmah besar atas kendala itu adalah setiap muslim wajib bekerja keras dan mengelola keuangan pribadinya untuk dapat melaksanakan ibadah haji. Dengan menjadikan bekerja sebagai upaya untuk dapat beribadah haji akan dapat membangun etika bisnis yang Islami dengan melalui dua jalan yaitu ibadah haji sebagai motif ekonomi dan ibadah haji sebagai dasar manajemen keuangan keluarga.
Ibadah Haji Sebagai Motif Ekonomi
Motif ekonomi merupakan dorongan manusia untuk melakukan tindakan-tindakan ekonomi untuk mencapai hasil atau tujuan yang diinginkan. Ibadah haji sebagai motif ekonomi artinya niatan untuk melaksanakan ibadah haji sebagai faktor pemicu seorang muslim untuk melakukan serangkaian tindakan ekonomi untuk memperoleh sesuatu yang dapat digunakan untuk melaksanakan ibadah haji. Ada dua nilai etika bisnis yang terbentuk dalam pribadi seorang muslim jika ibadah haji sebagai motif ekonomi yaitu : pertama, tuntunan dan rambu-rambu syariah menjadi dasar untuk melakukan segala tindakan ekonomi. Karena dalam ajaran Islam berlaku kaidah untuk tidak mencampur antara yang hak dengan yang batil, karena ibadah haji merupakan sesuatu yang hak (kebaikan) maka dalam usaha-usaha untuk melaksanakan ibadah haji harus dilakukan sesuai dengan tuntunan syariah. Sehingga harta yang dihasilkan dari serangkaian tindakan ekonomi merupakan harta yang halal dan baik. Kedua, merealisasikan nilai bahwa bekerja adalah ibadah. Karena ibadah haji sebagai motif ekonomi maka tujuan utama bekerja adalah untuk mencapai tujuan akhir yaitu ibadah haji, sedangkan tujuan pemenuhan pangan, sandang dan papan sekedar menjadi tujuan sampingan. Sehingga bekerja bagi seorang muslim menjadi nilai ibadah dimata Allah dan manusia karena bekerja adalah dalam rangka berjihad untuk menegakkan rukun Islam.
Ibadah Haji sebagai Dasar Manajemen Keuangan Keluarga
Manajemen keuangan keluarga merupakan teknik atau cara mengelola sumber dan pengeluaran keluarga untuk mencapai tujuan-tujuan keuangan yang ingin dicapai oleh sebuah keluarga. Ibadah haji sebagai dasar manajemen keluarga artinya ibadah haji menjadi tujuan keuangan utama dan pertama bagi keluarga. Artinya selain memikirkan asuransi kesehatan dan pendidikan bagi setiap anggota keluarga, maka keluarga muslim harus menciptakan jaminan keuangan bahwa setiap anggota keluarganya mampu melaksanakan ibadah haji. Ada dua nilai yang muncul sebagai pembentuk etika bisnis Islami dalam hal ini yaitu : pertama, mendorong setiap keluarga untuk produktif. Ibadah haji sebagai dasar manajemen keuangan keluarga akan mendorong setiap anggota keluarga menghindar dari sifat boros. Karena adanya dorongan untuk melaksanakan dan menegakkan rukun Islam menjadikan setiap anggota keluarga berprilaku efesien dan efektif dalam memanfaatkan sumberdaya ekonomi dalam keluarga. Serta mendorong setiap keluarga untuk memberikan kontribusi bagi keuangan keluarga guna meningkatkan jaminan keuangan untuk beribadah haji bagi setiap anggota keluarga. Kedua, membersihkan harta keluarga dari harta haram, yaitu menjadikan nilai-nilai Islam sebagai dasar bagi setiap anggota keluarga dalam menghasilkan dan memanfaatkan harta (keuangan) keluarga. Artinya tidak hanya bagaimana kita mencari harta yang halal saja, tetapi juga bagaimana kita membelanjakan harta kita. Ketiga, sarana pendidikan akhlak bagi anggota keluarga, yaitu menumbuhkan nilai-nilai bahwa bekerja adalah ibadah. Karena bekerja adalah ibadah maka dalam bekerja kita harus menjadikan nilai-nilai Islam sebagai kerangka kita dalam bekerja.
Ibadah Haji sebagai Bangunan Etika Bisnis
Ibadah haji sebagai salah satu rukun Islam yang wajib ditegakan oleh setiap muslim memberikan pendidikan untuk menanamkan etika bisnis yang Islami. Ada dua jalan dimana ibadah haji dapat digunakan untuk membangun etika bisnis Islami yaitu ibadah haji sebagai motif ekonomi dan ibadah haji sebagai dasar manajemen keluarga. Kedua hal tesebut sebagai dorongan untuk melahirkan nilai-nilai dalam etika bisnis antara lain, menjadikan nilai-nilai Islam sebagai bingkai bagi setiap muslim untuk bekerja mencari harta, bekerja adalah ibadah sebagai dasar pengendalian diri dan motivator serta nilai dalam bekerja bagi setiap muslim, membangun nilai-nilai hidup efesien dan produktif dalam memanfaatkan harta, serta mendidik setiap muslim untuk berzakat dan berinfaq dalam rangka membersihkan harta mereka.
Ibadah haji sebagai puncak kesempurnaan keislaman seorang muslim tidak hanya memberikan nilai-nilai dalam hubungan antara manusia dengan Allah tetapi juga memberikan nilai-nilai dalam bermuamalah antara sesama manusia. Ibadah haji sebagai bangunan etika bisnis Islami karena memberikan arah bagi setiap muslim dalam bekerja untuk memperoleh harta yang halal dan baik, karena ibadah haji akan terlaksana salah satu sebabnya adalah adanya kecukupan harta. Sehingga untuk melaksanakan ibadah haji setiap muslim harus bekerja dengan cara-cara yang sesuai dengan tuntunan syariah Islam untuk menghasilkan harta yang halal dan baik, serta bagaimana setiap muslim mengelola keuangan pribadi dan keluarganya agar tercipta jaminan keuangan untuk beribadah haji.

No comments: